Deforestasi yang terjadi di Berau ini adalah pembukaan lahan oleh sebuah oknum untuk penambangan. Namun, setelah penambangan selesai, apakah oknum itu bertanggung jawab? Tentunya, sampai sekarang banyak sekali wilayah-wilayah hutan gundul yang terbengkalai.
Kabupaten Berau merupakan daerah yang kaya akan sumber daya alam, baik di daratan maupun laut. Namun, sebagian orang acuh terhadap batas ketersediaan alam yang berada di Berau. Termasuk hutan sebagai jantung dunia. Hutan Berau yang kaya akan sumber dayanya kini telah disikat habis oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Deforestasi merupakan situasi di mana hilangnya tutupan lahan dan atribut- atributnya yang berimplikasi pada hilangnya struktur dan fungsi hutan itu
sendiri. Seharusnya, deforestasi ini perlu mendapat perhatian lebih dari pemerintah. Saat ini, sudah banyak sekali dampak yang muncul akibat deforestasi.
Seperti, Naiknya suhu lingkungan di Berau. Akhir-akhir ini suhu udara di Berau naik dari biasanya. Sinar matahari terasa lebih menyengat. Tentu saja karena deforestasi. Berdasarkan data dari Nicholas H Wolff Phd dan tim dari The Nature Consevarency, menyatakan bahwa deforestasi meningkatkan rata-rata suhu maksimum harian sebesar 0,95°C. Terlebih lagi, dari data tersebut, disebutkan juga bahwa naiknya suhu dapat menyebabkan dampak kesehatan bagi warga sekitar. Tentunya panas yang berlebihan sangat tidak baik bagi tubuh manusia, apalagi bagi petani atau pekerja yang bekerja pada siang hari.
Selain menaikkan suhu, deforestasi juga berdampak pada kehidupan atau tempat tinggal flora dan fauna di sekitarnya. Pembukaan lahan pastinya akan membuat mereka sulit untuk bertahan hidup dan sulit untuk beradaptasi dengan habitat baru saat mereka berpindah tempat. Para tumbuhan dan hewan akan berubah status menjadi langka jika kegiatan deforestasi ini terus dibiarkan.
Selanjutnya, dapat menyebabkan longsor dan banjir. Pohon sangat berperan penting dalam siklus air lokal untuk mengembalikan uap air ke atmosfer. Lalu, air yang diserap akan membuat tanah lembap dan subur sehingga dapat menahan air. Namun, karena deforestasi, lahan yang tadinya subur menjadi kering dan tidak dapat menahan air lagi. Maka, terjadilah longsor. Musibah ini, sering dijumpai di Berau saat hujan berlangsung. Tidak hanya longsor, banjir pun melengkapi musibah di Berau. Aliran air yang terganggu, akan membuat tanah sulit untuk menahan air, sehingga terjadilah banjir.
Yang terakhir, dapat berdampak pada ketersediaan pangan untuk masa depan. Hutan yang digunakan untuk berkebun oleh para pekerja kebun sangat penting untuk kebutuhan pangan kita. Jika deforestasi ini terus berlanjut, bisa saja kebutuhan pangan kita akan sulit untuk terpenuhi di masa yang akan datang nanti.
Selain pembukaan lahan untuk pertambangan, masih banyak lagi penyebab dari deforestasi. Seperti, pembukaan lahan untuk pemukiman. Pembukaan lahan untuk pemukiman saat ini juga banyak ditemukan. Sebagian ada yang siap untuk dihuni, sebagian yang lain masih dalam proses pembangunan. Tapi, pembukaan lahan untuk pemukiman masih dapat ditoleransi karena masih memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar.
Selanjutnya, penyebab deforestasi akibat kebakaran hutan. Kebakaran hutan biasanya sering terjadi saat musim kemarau. Di Berau, kebakaran hutan hampir
terjadi tiap tahunnya. Kebakaran ini, menjadi penyebab meningkatnya angka deforestasi semakin melonjak dibanding pembukaan lahan. Selain menjadi penyebab deforestasi, kebakaran hutan juga menjadi penyebab polusi asap yang merugikan dan membahayakan kesehatan warga sekitar.
Untuk mengurangi dan mencegah deforestasi, sikap peduli kitalah yang diperlukan saat ini. Lalu, sebagai masyarakat Berau, bagaimana sikap atau solusi yang sebaiknya kita lakukan?
Yang pertama, dengan menerapkan sistem tebang pilih. Sistem tebang pilih merupakan salah satu sistem silvikultur yang dikembangkan untuk mengelola hutan hujan tropis di Indonesia. Di Berau, sistem ini sudah diterapkan di beberapa daerah. Tebang pilih, merupakan solusi yang tepat untuk mencegah terjadinya deforestasi. Selain itu, sistem tebang pilih juga dapat membuat masyarakat agar tidak sembarangan dalam melakukan penebangan hutan.
Yang kedua, dengan melakukan reboisasi. Reboisasi merupakan proses penanaman kembali pohon di daerah yang terkena gangguan alam seperti kebakaran hutan, kekeringan, dan serangan hama atau yang tidak alami seperti penebangan, pertambangan, pembukaan lahan pertanian serta pembangunan.
Reboisasi ini juga dapat membantu meningkatkan kualitas hidup manusia dari menyerap polusi hingga mencegah terjadinya pemanasan global.
Yang ketiga, melakukan inisiatif REDD+. REDD+ adalah singkatan dari Reduksi Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan, yang merupakan upaya- upaya yang dirancang untuk mengurangi gas emisi rumah kaca yang dihasilkan akibat proses deforestasi dan degradasi hutan melalui penggunaan intensif keuangan. Nama sebelumnya adalah REDD, namun karena dimasukkannya upaya-upaya konservasi, pengelolaan hutan secara lestari, dan peningkatan cadangan karbon singkatan tersebut diubah menjadi REDD+. Program ini sebenarnya sudah diterapkan oleh Program Karbon Hutan Berau, sebagai inisiatif REDD+ pertama di Indonesia berskala kabupaten pada tahun 2010.
Peran masyarakat sangat penting pada proses ini. Dengan menggunakan strategi berbasis tapak yang bertujuan untuk mengembangkan model pengurangan emisi di berbagai tipe pengelolaan hutan, masyarakat terlibat aktif. Skema REDD+ ini dapat memberikan peluang untuk mendapatkan manfaat dari hasil strategi bagi masyarakat yang ikut dalam mencegah perusakan hutan dan pengelolaan hutan yang lebih baik.
Dari penyebab-penyebab yang ada menimbulkan banyak sekali dampak akibat deforestasi. Tetapi, ada banyak pula solusi yang dapat kita lakukan untuk mencegah dan mengurangi terjadinya deforestasi. Sudah seharusnya pemerintah
memberi kebijakan yang pasti terhadap oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Pemerintah juga harusnya lebih tegas lagi mengenai hal ini. Namun, kita tidak bisa terus menunggu pemerintah untuk bergerak. Kita bisa mulai dari diri kita sendiri untuk melakukan pencegahan terjadinya deforestasi. Karena, hutan kita yang merupakan jantung Berau memiliki pengaruh yang besar bagi lingkungan sekitarnya. Dengan lingkungan yang nyaman dan sehat, akan membuat hidup kita aman dan sejahtera.
Oleh : Laura Ardita