Tahukah kalian, apa itu Kurikulum Merdeka?
Dalam situs resmi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menjelaskan bahwa Kurikulum Merdeka adalah Kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam dengan konten yang lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. SMAN 2 Berau sendiri menjadi salah satu Sekolah di Kabupaten Berau yang menerapkan Kurikulum ini, tepatnya pada tahun 2022 lalu, menggantikan Kurikulum K13 yang memang telah diterapkan sejak tahun 2013 silam.
Dalam menerapkan kurikulum ini, banyak guru ataupun tenaga kerja yang melakukan Kegiatan Belajar mengajar (KBM) dengan cara sedikit berbeda dari cara mengajar mereka sebelumnya. Hal ini dimaksudkan agar siswa/i tidak merasa bosan dan sesuai dengan sistem KBM Kurikulum Merdeka, berbeda dengan Angkatan-angkatan di atas mereka yang menggunakan Kurikulum berbeda. Tak terkecuali dengan guru Seni Budaya di SMAN 2 Berau, Risna Herjayanti.
Risna Herjayanti, atau kerap disapa sebagai Ibu Risna oleh siswa/i ini telah berprofesi sebagai guru Seni Budaya sekaligus mengajar di SMAN 2 Berau sejak 2015. Tahun 2023 di semester baru, Risna mengajar beberapa kelas mulai dari angkatan kelas 10, 11 hingga 12. Tapi khusus di artikel ini, hanya sistem KBM di kelas 11 oleh nya yang akan kita bahas.
Kelas 11 saat ini memasuki semester baru untuk tahun ajaran 2023/2024. Mereka merupakan angkatan pertama yang menerapkan Kurikulum Merdeka sejak 2022 lalu. Diangkatan ini, dari jumlah 8 kelas yang ada, Risna mengajar sejumlah 4 kelas. Di 4 kelas itulah, dia mengangkat pembuatan desain Batik sebagai Materi yang akan diajarnya kepada siswa/i.
Dalam mengajar, sebelum memberikan tugas membuat desain Batik, Risna mengajak siswa/i nya untuk memainkan sebuah media pembelajaran yang ia buat sendiri, yaitu Kartu Kuartet “Destinasi Wisata Berau”. Dari permainan ini, siswa/i diajak untuk mengenal wisata dan budaya yang ada di Kabupaten Berau, lalu dijadikan sebuah desain Batik.
Sebenarnya, bukan tanpa sebab Risna mengajak siswa/i nya untuk bermain menggunakan media pembelajaran ini. Ia berharap, dengan memainkan permainan ini, siswa/i nya bisa mendapatkan ide dari budaya dan wisata yang ada di Kabupaten Berau lalu dijadikan sebuah desain batik yang cantik.
Dalam mengajar, Risna senang karena siswa/i nya mengikuti semua arahan yang ia berikan. Mulai dari mengikuti permainan kartu kuartet, menentukan ide desain, menerapkan ide nya di media kertas hingga digital. Tugas ini ia berikan dengan membentuk sebuah kelompok agar tugas yang ia beri dapat dikerjakan bersama-sama dengan teman-teman yang lain. Banyak pula dari siswanya yang mengungkapkan rasa senangnya selama mengikuti kegiatan belajar desain batik bersama Risna. Karena banyak dari mereka yang baru pertama kali mencoba membuat desain batik sendiri.
“Menurut saya, materi dalam pembelajaran Seni Budaya ini sangat menyenangkan, karena saya juga pertama kali bikin desain batik sendiri, jadi rasanya exited untuk belajar.” ucap salah satu siswa bernama Nurhenna yang ikut dalam pembelajaran ini.
Risna rupanya tidak main-main dalam memilih materi desain Batik. Hal ini terbukti dari segala effort yang diberikannya agar pembelajaran ini berlangsung dengan sangat baik. Salah satunya saat iya mencetak seluruh desain batik yang telah dibuat secara digital dan belum diberi warna agar dapat di sebar ke siswa dan guru sekolah untuk diwarnai, bahkan digunakan untuk kelas 12 dalam praktek.
Risna juga mengajak beberapa siswa/i yang dirasa berbakat dalam menggambar dan membuat desain batik untuk mengikuti lomba membuat Desain Batik Berau tahun 2023 yang diadakan oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda). Dari perlombaan ini, dengan bimbingan dari Risna 2 orang siswa/i berhasil mendapatkan predikat juara, yaitu Ferry Corest Aidil Fitriadi (Juara 3) dan Fika Nur Amanda (Juara 2). Bukan hanya berhasil memberikan ilmu pembuatan desain Batik, tapi dari materi pembelajaran yang diambilnya, Risna juga berhasil menemukan siswa yang memiliki bakat dalam bidang ini.
Tak hanya sampai disitu. Risna yang ingin memperluas pengetahuan dan keterampilan dari siswanya, juga mengajak mereka untuk mengikuti langsung bagaimana mengaplikasikan sebuah desain batik yang telah mereka buat menjadi sebuah kain Batik yang dapat digunakan dan dibuat menjadi barang atau karya. Karena keiinginannya inilah, Risna bersama siswanya berkunjung ke sebuah Rumah Produksi Batik paling terkrnal di Kabupaten Berau, yaitu Putri Maluang Batik.
Putri Maluang Batik adalah tempat Produksi Batik paling terkenal di Kabupaten Berau yang mengangkat cerita tentang kekayaan alam dan wisata Kalimantan Timur dalam setiap motif batik yang diproduksinya. Produk Putri Maluang Batik ini memiliki slogan yaitu “Goresan cerita cinta”, yang artinya dalam setiap motif yang di buat menjadi berupa kain, baju, syal, dan topi mempunyai cerita/filosofi nya sendiri. Produk buatan mereka pun telah dijual hingga keluar daerah.
Selama berkunjung ke tempat ini, Risna dan siswanya disambut baik oleh ibu Hj. Putri Arofah yang merupakan owner dari Putri Maluang Batik. Kerap disapa sebagai bunda Putri, sebelum mengajarkan proses pembuatan batik, ia menjelaskan sedikitnya tentang proses Putri Maluang Batik dalam produksi. Mereka memproduksi batik menggunakan 2 teknik yaitu teknik cetak dan teknik tulis. Cetakan yang mereka miliki pun termasuk banyak yaitu sekitar 500 cetakan dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Sedangkan untuk teknik tulis, mereka manggunakan alat bernama canting elektrik.
Selesai berkenalan dengan prosesnya, Bunda Putri mengajak Risna dan siswanya untuk langsung mengaplikasikan desain batik mereka untuk dijadikan sebuah kain batik. Ada beberapa desain batik yang mereka perlihatkan hingga akhirnya memilih 2 desain yaitu desain yang berisikan hewan bekantan beserta cocoa dan desain tema pohon mangrove untuk di aplikasikan dengan menggunakan teknik tulis menggunakan canting elektrik yang disediakan. Setelah sebelumnya media kain yang akan digunakan, digambar menggunakan pensil mengikuti desain batik yang dipilih untuk mengurangi adanya kesalahan mencanting. Proses ini juga dibantu oleh bunda Putri agar proses mencanting ini berjalan lancar.
Setelah melewati proses mencanting, tahap selanjutnya dalam pembuatan batik tulis ini adalah memberikan warna. Disini, Risna dan seluruh siswanya yang ikut bersama-sama membagi tugas untuk mewarnai 2 batik yang telah dibuat. Pewarnaan ini dilakukan agar batik yang dibuat tidak terlalu polos dan tampak cantik dengan berbagai warna. Proses ini membutuhkan sedikit kesabaran, sama seperti proses sebelumnya agar warna yang di aplikasikan ke kain tidak melebar kemana-mana.
“Seru banget bu, kayak mainan anak-anak yang diwarnain itu.” ucap Dimas, salah satu siswa yang ikut dalam kunjungan ini saat sibuk mewarnai Batik.
Proses pewarnaan ini memang memakan waktu yang lumayan lama, tapi keasikan dan rasa antusias juga terasa selama proses pembuatannya. Rasa letih dan keringat yang muncul selama membuat Batik ini rasanya seperti hilang saat melihat hasil warna dari Batik yang telah dibuat. Ukiran dan warnanya yang cantik, juga karena hasil ukiran tangan sendiri membuat Risna dan siswanya merasa bangga dengan karya mereka. Walau belum mencapai hasil akhir, karena masih ada tahapan-tahapan lain seperti penjemuran dan pencucian, biarlah mereka menikmati warna Batik dari hasil kerjasama mereka.
Penulis: Hikmah Asahra