KATEGORI LOMBA MEMBACA PUISI

Share this post on:

Tanah Air Mata

Karya : Sutardji Calzoum Bahri

tanah air mata

tanah tumpah dukaku

mata air airmata kami

airmata tanah air kami

di sinilah kami berdiri

menyanyikan airmata kami

di balik gembur subur tanahmu

kami simpan perih kami

di balik etalase megah gedung-gedungmu

kami coba sembunyikan derita kami

kami coba simpan nestapa

kami coba kuburkan duka lara

tapi perih tak bisa sembunyi

ia merebak kemana-mana

bumi memang tak sebatas pandang

dan udara luas menunggu

namun kalian takkan bisa menyingkir

ke manapun melangkah

kalian pijak airmata kami

ke manapun terbang

kalian kan hinggap di air mata kami

ke manapun berlayar

kalian arungi airmata kami

kalian sudah terkepung

takkan bisa mengelak

takkan bisa ke mana pergi

menyerahlah pada kedalaman air mata.


SAGU AMBON

Karya : W. S Rendra

Ombak beralun, o, mamae.

Pohon-pohon pala di bukit sakit.

Burung-burung nuri menjerit.

daripada membakar masjid

daripada membakar gereja

lebih baik kita bakar sagu saja.

Pohon-pohon kelapa berdansa.

Gitar dan tifa.

Dan suaraku yang merdu.

O, ikan,

O, taman karang yang bercahaya.

O, saudara-saudaraku,

lihat, mama kita berjongkok di depan kota yang terbakar.

Tanpa ‘ku sadari

laguku jadi sedih, mamae.

Air mata kita menjadi tinta sejarah yang kejam.

Laut sepi tanpa kapal layar.

Bumi meratap dan terluka.

Di mana nyanyian anak-anak sekolah?

Di mana selendangmu, nonae?

Di dalam api unggun aku membakar sagu.

Aku lihat permusuhan antara saudara itu percuma.

Luka saudara lukaku juga.


Silhuet

Karya : Taufiq Ismail

Gerimis telah menangis

Di atas bumi yang lelah

Angin jalanan yang panjang

Tak ada rumah. Kita tak berumah

Kita hanya bayang-bayang

Gerimis telah menangis

Di atas bumi yang letih

Di atas jasad yang pedih

Kita lapar. Kita amat lapar

Bayang-bayang yang lapar

Gerimis telah menangis

Di atas bumi yang sepi

Sehabis pawai genderang

Angin jalanan yang panjang

Menyusup-nyusup

Menusuk-nusuk

Bayang-bayang berjuta

Berjuta bayang-bayang

Di bawah bayangan pilar

Di bawah bayangan emas

Berjuta bayang-bayang

Menangisi gerimis

Menangisi gunung api

Kabut yang ungu

Membelai perlahan

Hutan-hutan

Di selatan.

Share this post on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *